#REHHAT [1] - [16] New Check Point
Pria tampan bertubuh tegap mengenakan zirah besi, pelindung kepala besi dan perisai besi kecil di tangan kirinya, sedang berdiri tegap di atas atap sebuah bangunan.
Bangunan-bangunan di sekitar pria itu layaknya bangunan abad pertengahan; game-game rpg kuno pada umumnya.
Namun, pria itu sama sekali tidak merasa aneh dengan hal itu.
Dia hanya mengerutkan keningnya seraya memandang lurus ke depan; dia terus memandang siluet biru-oranye yang telah lama lenyap dari pandangannya.
Jika para player newbie berada di dekatnya pasti akan sangat kebingungan saat melihat bangunan-bangunan di Distrik Katedral Pusat yang tidak mencerminkan Game Cyber pada umumnya.
Pusat Distrik Negara Adidaya [3] merupakan Wilayah Faksi Agama, yang dibuat khusus untuk menghormati Tuhan para Faksi Non Player. Sebab itulah bangunan-bangunan di Distrik tersebut dibuat menjadi sangat kuno.
“Kak Mamat ....” Seorang wanita cantik menghampiri pria berzirah besi itu. “Maaf, Kak. Kami gagal mengejarnya.”
Mamat terdiam.
“Apa kita ke rencana sebelumnya atau—“
“Diam.”
Meskipun sedari tadi dia terdiam, satu perkataan berwibawanya itu membuat orang-orang di sekitarnya ketakutan.
Mamat terlihat sangat marah karena dirinya serta para Anggota Korporat tidak bisa menangkap satu NPC yang menargetkan Healer Heroes.
Wanita cantik berambut pirang mendekatinya dengan ekspresi terkejut.
Aku gagal menangkap si Pope, geram Mamat, menguatkan rahangnya. “Dan ... sebentar lagi orang itu akan mengacau di sini!?”
“’Orang itu’?” tanya Wanita Cleric berambut pirang itu.
Pria itu menoleh padanya. “Oh? Rin ...”
Mamat sudah mengetahui akan adanya kerusuhan di Katedral Pusat. Sebab itulah dia menuju ke Wilayah Sekte Agama, Negara Adidaya [3]. Namun, pria itu sama sekali tidak menduga bahwa NPC yang dikenalnya—Pope secara tiba-tiba mengacau di saat yang sama.
“Tidak. Hanya player waktu itu, ingat? Rotzell. Akan mengacau di sini.”
“Apa?! Kenapa kamu nggak beritahu—“
“Kita harus bersiap, Rin. Ikuti aku.”
Rina merasa sangat antusias setelah mendengar bahwa Musuh Utama-nya akan menyerang Katedral Pusat.
Mamat menuntun wanita-wanitanya melewati Katedral - Katedral Cabang, menuju kembali ke dalam Bangunan Utama Katedral Pusat.
Tempat di mana Pope serta rekan-rekannya menyerang Healer Heroes; dan di mana para Priest, Paladin, serta Guardian Holy sedang menjaganya.
“Mamat?! Kenapa kamu ...?”
Wanita berambut pirang yang berseru seperti itu maju ke hadapannya dengan ekspresi penuh kebahagiaan. Dia mengabaikan para penjaga di sekitarnya karena wanita cantik itu tahu mereka hanyalah NPC.
“Ini benar kamu!!” seru wanita itu dengan mata birunya berbinar terang, “Kamu juga main gim ini? Kenapa nggak bilang—jadi kita bisa ‘World In’ bareng!”
Dia mungkin tidak tahu, tetapi Mamat-lah yang menyewa Guardian Holy NPC di sekelilingnya itu.
“Ikuti aku, Ti ...”
“Ap—oke!”
Tidak ada waktu bagi Mamat untuk bersapa ria dengannya. Pria itu langsung memerintahkan para Guardian Holy yang dia sewa untuk berjaga di luar Katedral Pusat.
“Kamu yang menyewa mereka, Mat?” tanya Queti, terkejut.
Mamat hanya mengangguk kecil, lalu menoleh pada keempat wanitanya. “Untuk kalian berempat, bantu Guardian Holy melindungi tempat ini, oke?”
“Siap ~ “ jawab mereka serempak.
Empat wanitanya itu langsung mengikuti instruksinya.
“Apa aku harus keluar dan membantu mereka?” usul Rina.
“Tidak perlu, Rin. Aku membutuhkan Skill Cleric-mu.” Mamat menggeleng. “Dan nanti kita akan mendiskusikan rencana untuk melenyapkan si Rotzell beserta antek-anteknya.”
Mendengar nama Musuh Utama-nya disebut, mata Rina memancarkan emosi kelam namun antusias.
Mamat membimbing Rina dan Queti menghadap Pemimpin Guardian Holy Katedral Pusat.
“Kenapa kita ke Pemimpin Katedral, Mat?” tanya Queti.
Wanita di sampingnya pun kebingungan. “Ya. Bukannya kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi si Rotzell?"
“Kita hanya akan mengaktifkan quest,” jawab Mamat singkat.
Kedua wanita itu kebingungan dengan perubahan sikap Mamat.
Pria itu menjadi sangat dingin. Dia hanya menunjukkan punggungnya pada mereka berdua, seraya terus berjalan ke depan.
Melewati beberapa lorong, pada akhirnya mereka semua memasuki sebuah Ruang Rahasia yang berada tepat di Bawah Tahan Bangunan Katedral.
Orang Tua di atas mimbar besar menyambut kedatangan mereka semua dengan ramah.
“Wahai domba-domba tersesat, ada kepentingan apa kalian ke hadapan Pemimpin Katedral Kecil ini?”
Mamat maju ke hadapannya.
“Saya ingin membantu untuk mempertahankan Wilayah Suci ini.”
“Mempertahankan?”
“Ya, My Lord ... Sebentar lagi para Anggota Sekte Sesat akan menyerang Wilayah Katedral Pusat ini.”
Bukan si Pemimpin Guardian Holy yang terkejut, tetapi malah kedua wanita di belakang si Mamat.
“Serangan?!” seru Queti, tercengang, “Ada apa ini, Mat? Kenapa aku juga harus—“
Mamat menoleh padanya.
“Aku sangat membutuhkan Skill Heal-mu, Ti.”
Pahlawan Penyembuh itu pun terdiam, dan langsung luluh padanya.
Layaknya di Katedral – Katedral pada umumnya, di mana Pemimpin Guardian Holy di hadapan mereka adalah Pemimpin Utama Katedral Pusat, dan ia juga merupakan Guardian Holy–pelindung Katedral Pusat terakhir.
Mamat terus berbincang dengan Pemimpin Guardian Holy Katedral Pusat untuk mengaktifkan quest-nya.
“.... Jadi, wahai domba-domba tersesat, kami membutuhkan 10 Jiwa Faksi NP Barat untuk mengaktifkan Artefak Core Katedral,” pinta Pemimpin Guardian Holy Katedral Pusat pada akhirnya.
“Jiwa Faksi?! Apa itu?” gumam Rina, kebingungan.
“Tenang.” Mamat membuka Panel Inventory-nya. “Aku sudah mempersiapkan semuanya ...”
Pria itu mengeluarkan 10 Buah Kandang Besi dari Inventory-nya. Dia menderetkan semuanya di hadapan Pemimpin Guardian Holy.
“Apa itu—“
“Ah ... Mat ... Kenapa kamu nggak bilang ada sesuatu yang menyenangkan seperti ini!!”
Rina sama sekali tidak mengerti, namun wanita di sampingnya. Queti. Berbeda. Dia menjadi sangat antusias.
Di dalam 10 Kandang Besi tersebut masing-masing terdapat 1 orang NPC. Banyak dari mereka adalah anak-anak yang dirantai dan terlihat sangat menyedihkan.
Mata biru Healer Heroes berbinar namun sedikit menggelap. Hasrat memenuhi sipitan matanya, yang menatap lurus ke dalam Kandang – Kandang Besi itu.
Queti mengerti. Quest yang diaktifkan Mamat ini mengharuskan mereka untuk melakukan sebuah ...
"Ritual Pengorbanan!" ungkap Healer Heroes, menjilat bibitnya sendiri dengan penuh gairah.
... Kesuraman merubah wajah cantik Rina sepenuhnya setelah mendengar itu.
Kenapa kita harus–
Saat Rina berpikir demikian, sebuah panel pemberitahuan pengaktifan quest tiba-tiba muncul di hadapan mereka semua:
[Hidden Quest]
KARMA
Sekte Sesat menyatakan perang ke Faksi Umat Beragama! Jaga Guardian Holy dan Pahlawan Penyembuh dari para Hamba Tersesat!!
Kondisi:
1. Pertahankan Wilayah Katedral Pusat dari serangan Anggota Sekte Sesat.
2. Pemimpin Guardian Holy HP tidak kurang dari 30%.
3. Pahlawan Penyembuh tetap hidup.
Hadiah:
Rahasia.
Hukuman:
Jika gagal melindungi Core Katedral Pusat, Faksi Umat Beragama akan menjadi musuh Anda.
“Kalau begitu, ikuti saya,” ajak Pemimpin Guardian Holy Katedral Pusat, berbalik begitu saja. “Kita akan langsung melakukan Ritual Pengorbanan.”
Kandang – Kandang Besi di sekitarnya langsung lenyap setelah Mamat menerima Quest Tersembunyi itu.
Mereka dituntun olehnya menuju ke sebuah ruangan di Ruang Bawah Tanah tersebut.
Sebuah Ruang Rahasia yang sangat luas nan mewah, di mana terdapat 10 Altar Silinder di tepinya, mengelilingi ruangan tersebut.
Seraya berjalan ke tengah-tengah ruangan, Pemimpin Guardian Holy memunculkan Kandang – Kandang Besi di atas Altar tersebut.
“Keluarkan jantung anak-anak tersesat yang kamu bawa ini untuk Persembahan Ritual Pengorbanan ...”
Semua Kandang Besi di atas Altar terbuka dengan sendirinya; anak-anak di dalamnya dibebaskan dari pemasungan.
“... Dan jangan biarkan satu pun anak tersesat ini melarikan diri,” ujar Pemimpin Guardian Holy Katedral Pusat di tengah-tengah ruangan.
Rina sangat terkejut dan langsung merasa panik nan geram setelah mendengar perkataannya itu.
“A .. Ak .. Aku ...”
“Anak-anak ini hanya NPC, Rin! Jangan terlalu memedulikan hal kecil seperti ini ...”
“Ya! Mereka hanyalah NPC—kita bisa melakukan ... ini ...!!”
Jeritan, tangis, teriakkan ketakutan serta tawa kebahagiaan bercampur menjadi satu di dalam Ruang Rahasia Katedral itu.
“Hahaha!”
Wajah Rina semakin menggelap. “Aku—Mat! Apa kita emang harus—“
Sudah terlambat.
Mamat dan Queti telah berpencar, mengejar para anak-anak lemah itu dan, membantai mereka.
Dalam sekejap, ritual pun berakhir dengan Mamat memerintahkan Rina untuk menggunakan Skill Cure-nya ke anak-anak tersebut.
Wanita itu dengan sangat enggan mengaktifkan Skill Cleric-nya itu.
Dengan Skill tersebut, anak-anak NPC yang dibantai tidak akan memiliki dendam dan menjadi iblis. Mereka semua akan termurnikan seperti NPC – NPC, yang mati dengan cara seperti pada umumnya.
A .. Aku ... AA-Ak ....
Rina termenung menatap Tongkat Sihir-nya sendiri, yang entah mengapa ia mulai bergetar.
“Terimakasih, Rin. Maaf. Ini pun sangat berat untukku,” papar Mamat, menatapnya, “Tapi berkatmu ... sekarang kamu dan Queti bisa menggunakan Healer Power. Gunakan Skill itu untuk terus meng-heal 3 Vanguard terdekat kalian.”
“Awh!! Ini sungguh Hidden Event yang menarik! Makasih udah ngajak aku, Mat,” seru Healer Heroes, terlihat sangat puas.
Di barisan depan Medan Pertempuran, Mamat memimpin Pasukan Pertahanan Faksi UB dan NP sendirian.
Kenapa pria itu harus melakukan ini ...
Memang benar Pria Busuk itu. Rotzell. Adalah musuh utama Rina, namun dia tak kuasa jika harus melenyapkan Musuh Utama-nya itu menggunakan kekuatan yang sama busuknya.
Dalam keadaan pertarungan yang mulai pecah dan langsung memanas, Rina pun meninggalkan Mamat.***
Komentar
Posting Komentar