#REHHAT [1] - [2] First Blood《1'》
Human Trafficking
Bisnis yang sangat menguntungkan untuk manusia di zaman mana
pun. Meski zaman telah berubah dengan adanya pemberatan sanksi untuk para
pelanggaran HAM, itu masih tidak bisa menghentikan bisnis tersebut.
Pembuatan sanksi terberat bagaimanapun tidak akan pernah
mengakhiri permasalahan pelanggaran apa pun, benar? Jikalau si pelanggar itu
adalah pemegang kekuasaan atas sanksi itu sendiri.
Walau hanya orang-orang memiliki kuasa saja yang bisa
mengakses bisnis perdagangan manusia, itu tetap merupakan pertanda kebusukan
hewan yang bernama:
Manusia
Tidak jauh berbeda dengan manusia yang sedari kecil tinggal di Apartemen Distrik Negara Bagian Barat. Tidak ada yang menyangka Distrik Apartemen semewah itu menyimpan rahasia bisnis kelam.
Walau anak konglomerat di Negara Adidaya yang terculik, masih tidak akan bisa ditemukan jika terculik oleh orang ini:
Rotzell
Pria Gumpal yang terlihat hanya memainkan gim kesukaannya
setiap hari. Namun, hari ini dia tidak akan memainkan gim seperti biasanya. Dia
sedang memeluk sebuah box hitam se-ukuran perutnya; menunggu dengan sangat
antusias lift berhenti di lantai kamar apartemennya.
“Ah!” seru bahagia Pria Gumpal itu, langsung berlari ke
kamarnya, “Akhirnya aku sampai juga.”
Rotzell sampai di kamarnya dengan sekejap dan langsung
menyimpan box hitamnya di atas meja.
Cukup lama dia merangkai dua balok silver yang terbuat dari metal.
Yang langsung dia berdirikan sejajar―membentuk kedua sisi
kusen pintu.
“Ini yang sering mereka katakan sebagai ...” gumamnya,
kebingungan, “Sebuah gerbang?”
Pria Gumpal itu menekan tombol enter pada keyboard pc-nya,
lalu kedua sisi balok silver itu langsung mendesis dan mengeluarkan energi
listrik yang saling berbenturan.
“Tidak mungkin aku harus melewati ini, kan?”
Dia berkata seperti itu, namun, kedua energi tersebut saling
bertabrakan dan merobek ruang di hadapannya. Liquid silver dan hitam tiba-tiba
keluar dari robekkan ruang tersebut, dan mereka berdua saling bercampur sama
lain―walau tidak sempurna, hanya menempel layaknya merkuri berwarna hitam dan
silver.
Setelah ia semua menyatu, terbentuklah sebuah: gate.
“Ya. Ini adalah ‘gate’ yang sering dirumorkan.”
Pria Gumpal itu memandang liquid silver-hitam di hadapannya
dengan takjub.
“Apa aku harus mengganti pakaianku!?”
Lampu di kedua balok silver penyangga gate di hadapan
Rotzell tiba-tiba menyala hijau terang, yang menandakan dia harus cepat
memasuki gate tersebut.
“Ahh ... Bagaimana ini,” gumamnya, kebingungan.
Namun, pada akhirnya dia berjalan memasuki gate begitu saja.
“Aku ...”
Di seberang gate,
hanya terdapat hamparan kosong yang sangat aneh berwarna putih.
Rotzell tidak merasa seperti sedang melayang ataupun
menginjak sesuatu.
Di mana ini, pikirnya, sama sekali tidak bisa
berbicara. Kenapa aku tidak bisa membuka mulutku?!!
“Hahahaha!”
Suara
yang sangat indah—hanya dengan tawanya itu saja bisa menggetarkan
kesadaranku, huh, demikian pikir Rotzell, tersenyum lebar dalam
kesadarannya.
Dia
sama sekali tidak ketakutan dengan tawa yang sangat menggelegar di sekitarnya.
Ah?!
Rotzell
menyadari sesuatu. Sosok seperti ini biasanya peri pembimbing kalau di game
mmorpg fantasi! Atau sesuatu sejenis itu.
Rotzell
memikirkan sesuatu tentang kostumisasi avatar―dan―langsung muncul
sesuatu di hadapannya.
Ya! Ini ...!!
Dia mengotak-atik panel kostumisasi di hadapannya―dan―tak
lama tubuh gumpalnya langsung berubah menjadi kurus, beserta wajahnya yang
berubah sepenuhnya. Lalu perlahan, tubuhnya terbentuk dari bawah ke atas―menjadikan
dia terlihat ideal dan tampan.
Mata dan rambut birunya membuat Rotzell terlihat seperti
tokoh utama dalam sebuah cerita fantasi pada umumnya
“Jadi,” tanya sosok itu pada Rotzell, “Wahai Anak Diberkati
Tuhan ... Kamu ingin memilih Faksi Terang atau Faksi Gelap?”
Tentu Faksi Gelap, jawab Rotzell langsung.
“Hahahaha!” Dia tertawa setelah mendengar jawaban langsungnya. “Baiklah. Kami akan langsung mengirimu ke Daratan
Surga.”
Pada
saat Dia berujar seperti itu, tubuh avatar Rotzell mengeluarkan cahaya putih
terang yang menjulang tinggi ke atas.
Di tengah-tengah balutan cahaya putih transparan yang menyelimuti tubuhnya,
Rotzell tersenyum antusias seraya menatap ke depan. Dia perlahan menampakkan
dirinya tepat di hadapan Rotzell , dan tersenyum tipis padanya.
Rotzell tersenyum lebar, membalas senyumanNya. Wajah tua dengan janggut
putihNya, membuat Dia layaknya Tuhan pada umumnya.
Tetapi Rotzell tahu bahwa konsep cerita gim ini tidak seperti itu.
Dan kemudian, Rotzell pun lenyap dari hadapanNya.
***
“Jadi,” tanya Rina kepada seorang pria di sampingnya, “Apa
yang akan kita lakukan dengan dua batang silver itu?”
Wanita itu sudah pasrah untuk mengikuti apa pun perintah
pria di sampingnya. Sebab pria tampan di sampingnya itulah yang telah
menyelamatkannya dari ambang kematian.
“Rin ... kita akan World In. Bersiaplah.”
“World In?”
“Ya. Ayo. Ikuti saja aku. Kau boleh menjadi orang yang berbeda di Daratan
Surga nanti.”
Tanpa berpikir panjang, Rina mengikuti si Mamat melewati
gate silver-hitam di hadapannya.
Setelah melalui tahap kostumasi bersamaNya, avatar Rina dikirimkan
ke Village.3 Daratan Surga―sama dengan tempat di mana si Mamat dikirimkan.
Walau wanita itu sudah kehilangan harapannya untuk hidup,
saat melihat pemandangan sebuah desah sederhana di hadapannya, dia sangat
takjub.
Ini ... yang mereka selalu sebut sebagai Dunia Realitas
Virtual, kan, demikian pikirnya, memperhatikan sekitarnya dengan saksama.
Walau pemandangan di sekitarnya sangat gersang, Rina
menikmati udara di sekitarnya serta tubuh barunya.
“Kenapa kita memilih Faksi Gelap?” tanya Rina ke pria di
sampingnya.
Mamat tidak terdiam, tetapi dia sedang memeriksa panel
inventori di hadapannya.
“Ya ... Aku hanya tidak ingin kehilangan
teman,” jawab Mamat dengan acuh, lalu menatap Rina dengan senyuman, “Aku tidak
ingin mereka salah memilih jalan di gim ini, maksudku.”
Mamat mempersiapkan perlengkapan pemulanya.
“Atau kalau bisa, aku ingin mengajak mereka semua World Out
gim ini sebelum insiden itu terjadi.”
“Insiden?”
“Bukan apa-apa. Ayo kita ke bar sebentar. Aku akan
menjelaskan secara singkat apa gim ini.”
Rina memperhatikan sekitarnya dengan saksama. Dan dengan
satu kali lihat, dia bisa menyimpulkan mana NPC dan mana Player.
Selain ada tiadanya nama di bawah pointer
diamon di atas kepala avatar kami, NPC di gim ini sama sekali tidak memiliki
ekspresi, demikian pikir Rina. Dia memasuki sebuah bar dengan hanya ada satu
pengunjung berpakaian aneh, sedang bersandar di sudut bar.
Mamat memilih duduk di hadapan bartander NPC―menjauhi
pengunjung aneh tersebut. Lalu, dia langsung menjelaskan semua hal tentang game
yang telah mereka masuki:
Serikat Dunia
Pada dasarnya game yang dimainkan mereka adalah game virtual
reality, di mana para player-nya memasuki Dunia Game tersebut.
Game yang sangat bebas, sampai-sampai Dunia dalam Game tersebut bisa
diatur oleh player-nya sendiri.
“Pada dasarnya, salah satu Korporat di Dunia Nyata
menciptakan gim ini untuk menurunkan pelanggaran HAM orang-orang kelas atas.”
Teknologi vs Sihir adalah dasar dari kekuatan dan
konflik dalam gim. Layaknya Dunia Gim pada umumnya, dimana kekuatan
tertinggi akan memimpin yang lemah.
“Yah ...” desah Mamat, menegak segelas kecil vodka, “Aku
membutuhkan bantuanmu karena aku tahu kamu―”
Mamat dan Rina serempak menoleh ke arah pintu masuk bar yang
terbuka.
“Ahhh ...” desah seorang pria, memasuki bar seraya menyeret
seorang gadis, “Sungguh gim yang menyenangkan.”
Pria dengan mata dan rambut berwarna biru itu menatap
langit-langit bar dengan tubuh berlumuran darah.
“Ini masih belum cukup,” katanya, mengangkat gadis
dijambaknya ke hadapannya, “Aku akan menyiksa gadis ini sampai mengeluarkan
ekspresi yang lebih nyata!”
Rina bangkit dari kursinya seraya melebarkan mata, sangat terkejut. Lalu dia mengerutkan keningnya, sangat marah.
Namun, pria di sampingnya menahannya―dia tahu apa yang
dipikirkan dan dirasakan wanita itu sekarang.
Rina membaca nama Rotzell di atas kepal pria berambut hijau
itu, dan dia tahu siapa pemilik avatar itu sebenarnya.
“Dalam gim ini, bertarung di tahap ini adalah hal bodoh,”
ujar Mamat, menguatkan genggamannya, “Apalagi kita berada di Faksi Gelap.”
Karena dia sudah diselamatkan olehnya, Rina tidak bisa
menolak permintaan maupun perintahnya. Rina hanya bisa menggigit bibirnya
sendiri sambil mengepalkan tangannya dengan kuat, frustrasi.
Semua orang di dalam bar melihat player itu sedang menyiksa seorang gadis
kecil, sampai dia mati.
Jangan sampai merubah masa depan, dan, demikian pikir
Mamat, menenangkan dirinya sendiri. “Gadis itu hanya NPC ... Tenanglah, Rin.”
Sama seperti Pope, Mamat pun tidak ingin merisikkan hal
tentang jalannya kehidupan. Mereka berdua memang adalah pria yang pintar.
Karena ditahan oleh Mamat, Rina hanya bisa menyaksikan
poligon-poligon jiwa Gadis NPC itu melayang dan lenyap di udara.
“Ohh ... kau di sini ternyata,” tanya Rotzell, dengan
berseri-seri, “Aku setuju untuk bergabung dengan
Sekte-mu.”
Pria itu tidak berbicara pada mereka berdua, dia berjalan
mendekati seseorang di sudut bar.
”Tapi sebelum itu, aku ingin wanita itu!” pintanya ke
Anggota Sekte Sesat, sambil menunjuk ke arah Rina.
Mamat maju, bersiap untuk bertempur.
Namun, “Kau di sini, Pahlawan Mamat,” si pria berjubah aneh
di sudut bar maju ke depan dan berkata seperti itu.
Bagaimana Anggota Sekte Sesat ini bisa tahu―
“Kamu tidak bisa mendapatkan wanita itu, Tuan,” kata si pria
berjubah aneh, menggeleng seraya berjalan ke luar bar. “Kita pergi dari sini.
Pria di sampingnya itu terlalu berbahaya.”
Rotzell pun dengan enggan berdecak kesal, lalu mengikuti
pria berpakaian aneh itu. Dia sama sekali tidak mengenali avatar wanita cantik
di hadapannya itu adalah dagangannya sendiri.***
Komentar
Posting Komentar